Saat
memasuki café itu, suasananya masih sepi. Saat mataku menelusuri ruangan café
yang lumayan besar, kulihat Jack duduk dibangku paling pojok. Memandang
wajahnya mengingatkan aku akan perkataan Audrey yang sempat membuatku sakit
hati. Rasanya tak berdaya, saat mau menghampiri meja tersebut.
Aku
berusaha menekan kemarahan dan rasa kecewa ku. Aku pandangi Jack, Jack jadi
serba salah dipandangi seperti itu. ‘’Sudah lama menunggu Jack,’’ sapaku saat
aku sudah berada di dekatnya.
Jack
tersenyum dan berdiri, menghampiriku dan menciumku. Kubiarkan saja dia mencium
lembut pipiku. ‘’Lama banget say, aku kira kamu tidak jadi datang. Sudah lewat
lima belas menit aku menunggumu,’’ katanya melanjutkan, ’’Bagaimana kabar mu,
sepertinya kamu pucat. Jangan terlalu lelah bekerja, karena kita sebentar lagi
akan menikah.’’